SKRIPSI TEKNIK MESIN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Indonesia merupakan
negara kepulauan terbesar di dunia. Memiliki luas wilayah 5.193.252 km2 dua per tiga luas wilayahnya merupakan
lautan, yaitu sekitar 3.288.683 km2.
Sehingga Indonesia juga memiliki julukan sebagai benua maritim.
Pada
tahun 2009 penduduk Indonesia telah mencapai 250 juta jiwa. Jumlah penduduk yang terus bertambah dari
tahun ketahun berpengaruh pada semakin bertambah pula kebutuhan air bersih. Disisi lain kebutuhan air khususnya
air tawar bagi nelayan dan daerah pesisir pantai atau pulau-pulau kecil di
Indonesia masih terdapat banyak kendala.
Berbagai
kendala yang dihadapi masyarakat dalam memperoleh air disebabkan daerah
pemukiman penduduk yang memiliki kondisi yang berbeda-beda. Bagi masyarakat
yang bermukim didaerah yang banyak terdapat sumber air bersih dan air tawar,
bukanlah suatu masalah. Hal tersebut jauh berbeda jika dibandingkan dengan
masyarakat yang bermukim pada daerah-daerah yang terletak di pulau-pulau kecil, daerah pesisir pantai.
Hal serupa juga
dialami oleh para nelayan dimana disamping daerah-daerah tujuan mereka mendapat
persoalan seperti diatas, juga masalah daya muat dari kapal dalam mengangkut
air tawar dari darat yang mereka gunakan sehingga air yang dipersiapkan juga
terbatas.
Para nelayan
ini biasanya melaut selama beberapa
minggu bahkan berbulan-bulan tergantung pada kebutuhan air yang mereka
persiapkan sejak lepas landas disamping kebutuhan bahan bakar dan yang lainnya.
Berdasarkan
uraian diatas maka untuk mengatasi kendala yang dihadapi perlu diterapkan suatu
teknologi tepat guna yang diharapkan dapat membantu masyarakat nelayan atau pesisir pantai untuk
memperoleh air bersih atau air tawar.
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk memperoleh air bersih atau air
tawar diantaranya :
IRFAN SANTOSA, ST , dkk. 2010. PENGARUH KEMIRINGAN KACA PADA
ALAT BASIN SOLAR STILL TERHADAP KAPASITAS AIR HASIL DISTILASI.
Masduki, A dan Abdu F.A. 2008.
Perencanaan Alat Tepat Guna Desalinasi dengan Metode Evaporasi.
Pada prinsipnya
alat destilasi surya dapat dimanfaatkan pada kapal-kapal nelayan sebagai salah
satu solusi dalam mengatasi kebutuhan air tawar yang mereka gunakan.
Solusi lain yang akan diupayakan adalah destilasi atau penyulingan
air laut menjadi air tawar dengan memanfaatkan energi panas gas buang mesin yang
yang selama ini belum dimanfaatkan.
Destilasi pemanfaatan panas gas buang mesin kapal nelayan untuk mengubah fase cair menjadi fase uap air laut dan fase uap menjadi air tawar. Suhu yang diperlukan untuk mengubah fase air laut menjadi uap sebesar (100 0C
) pada tekanan satu atmosfir (1 atm)
Pemanfaatan
panas gas buang dari mesin Diesel sebagai media pemanas dikembangkan dalam
usaha penghematan energy. Mesin Diesel banyak dipergunakan di laut sebagai
penggerak kapal.
Panas
gas buang yang dihasilkan mesin Diesel banyak menggandung potensi energi
thermal yang dapat dimanfaatkan karena
34 – 40 % energi hasil pembakaran bahan bakar dalam mesin terbuang
melalui gas buang.
Menurut Smith A.J dan King G.H di Inggris pada tahun 1980 sebesar 259 MJ /
tahun energy thermal dari gas buang terbuang ke alam. Jakson R.
menyampaikan bahwa pemanfaatan gas buang akan mempunyai keuntungan
memperkecil biaya pada proses pemanasan yang dipakai, juga dapat menurunkan
temperatur gas buang sehingga memperkecil pencemaran udara lingkungan.
Berdasarkan
latar belakang diatas, maka perlu dilakukan
suatu penelitian yang merupakan salah satu solusi untuk mereduksi
permasalahan diatas dengan judul “Desain Destilator Tipe Dua Atap Miring Dengan Memanfaatkan Panas
Gas Buang Mesin Diesel”
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu:
1.
Bagaimana
pengaruh volume air
yang di destilasi terhadap hasil produk destilator pada putaran mesin konstan.
2.
Bagaimana pengaruh volume air yang di destilasi terhadap efektifitas destilator type dua
atap miring.
C.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian
ini adalah :
1.
Untuk mengetahui pengaruh
volume air yang di destilasi
terhadap hasil produk destilator pada putaran mesin konstan.
2. Untuk mengetahui pengaruh volume air yang di destilasi terhadap efektifitas destilator type dua
atap miring.
D.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :
1.
Menghasilkan
air tawar dari air laut dengan
memanfaatkan panas gas buang mesin
2.
Memberikan informasi tentang Desain destilator air laut dengan memanfaatkan
gas buang mesin Diesel
3. Memberikan informasi tentang pengaruh kecepatan putaran mesin terhadap volume air laut yang dipanaskan oleh destilator.
E.
Batasan
Masalah
Mengingat
banyaknya permasalahan yang dapat diteliti pada pengaruh prestasi mesin
terhadap destilasi air laut dengan memanfaatkan panas gas buang mesin Diesel,
maka penelitian dibatasi pada hal-hal
sebagai berikut :
1.
Mesin
yang digunakan adalah mesin Diesel type KAMA KM178f
2.
Penelitian
dilakukan dengan variasi putaran mesin
3.
Pengambilan
data dilakukan secara eksperimental di laboratorium
4.
Jenis
destilator adalah evaporatior
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Destilasi
Destilasi adalah proses pemisahan
komponen-komponen dalam suatu liquid untuk mendapatkan salah satu atau beberapa
komponen tertentu. Pada destilasi air laut dapat dianggap hanya memisahkan dua
komponen, walaupun sebenarnya banyak unsur kimia dalam air laut, tetapi
sebenarnya proses destilasi ditentukan oleh besarnya perbedaan titik didih
(boiling point) .
Karliana
I. dan Sumujanto. 2008.
Melakukan penelitian Analisis air laut Ujung Lemah Abang sebagai media
pendingin PLTN. Hasil analisis menunjukan bahwa proses desalinasi dengan teknik MED (multi effect
distillation) merupakan pilihan terbaik untuk mengolah air laut pantai Ujung
Lemah Abang menjadi air bebas mineral sebagai media pendingin PLTN yang akan
dibangun dibandingkan dengan MSF ( multi-stage flash distillation).
Gambar 1. Desalinasi air laut dengan MED
Dinata
U.G.S. . Teknologi distilasi air laut flash-evaporation
dengan energi matahari untuk penyediaan air tawar . Dengan debit air laut 1 liter per detik, temperatur air laut sekitar 100 °C (setelah dipanaskan kolektor matahari), tekanan dan temperatur tangki flash 0,096 bar dan 45 °C, maka kapasitas produksi air tawar adalah 0,0963 liter per detik atau sama dengan 3.470 liter untuk 10 jam operasi. daya pemanasan yang dibutuhkan adalah 250 kilowatt yang disuplai dari kolektor matahari. Instalasi ini dapat menggunakan tangki flash berukuran tinggi 1,5 m dan diamater 1 m.
dengan energi matahari untuk penyediaan air tawar . Dengan debit air laut 1 liter per detik, temperatur air laut sekitar 100 °C (setelah dipanaskan kolektor matahari), tekanan dan temperatur tangki flash 0,096 bar dan 45 °C, maka kapasitas produksi air tawar adalah 0,0963 liter per detik atau sama dengan 3.470 liter untuk 10 jam operasi. daya pemanasan yang dibutuhkan adalah 250 kilowatt yang disuplai dari kolektor matahari. Instalasi ini dapat menggunakan tangki flash berukuran tinggi 1,5 m dan diamater 1 m.
Gambar 2.
Desalinasi Air Laut dengan MSF
Gambar 3. Instalasi distilasi air laut flash-evaporation energi
matahari
dua bertingkat.
1.
Evaporasi
Penguapan (evaporasi )
adalah perubahan suatu zat cair menjadi uap pada beberapa suhu dibawah titik
didihnya. Sebagai contoh, air ketika ditempatkan pada wadah yang terbuka
keudara, tiba–tiba volumenya berkurang. Penguapan (evaporasi) terjadi
dikarenakan diantara molekul–molekul yang dekat dengan permukaan zat cair
tersebut selalu terdapat cukup energi
panas untuk mengatasi gaya kohesi sesama molekul
kemudian melepas.
Kecepatan penguapan
bergantung pada suhu zat cair, besar ikatan antar molekul, luas permukaan zat
cair, tekanan, dan pergerakan udara disekitarnya.
2.
Tekanan uap
Menurut Brady (1999)
menjelaskan bahwa bila suatu cairan pada suatu wadah yang terbuka menguap,
semua cairan lama - lama akan hilang, sebab molekul - molekul yang membentuk
uap akan berdifusi ke udara. Tetapi bila wadahnya kita tutup, molekul - molekul
yang menguap ini tak dapat keluar dan akan berkumpul pada ruang uap diatas
cairan. Di sini uap akan memberikan
tekanan, seperti juga molekul-molekul gas lainnya. Tekanan yang dihasilkan oleh
uap air itu disebut tekanan uap.
Besarnya tekanan uap
dipengaruhi sifat dari gaya tarik cairan dan yang kedua adalah suhunya. Kedua
faktor ini akan mempengaruhi kecepatan menguap. Pada cairan dimana gaya tarik
menariknya kuat maka, kecepatan menguapnya akan rendah, dan begitu sebaliknya.
Selain dipengaruhi oleh gaya tarik
menarik antar molekul di dalam larutan, kecepatan menguap juga dipengaruhi oleh
suhu. Keberadaan uap air di udara maka akan mempengaruhi densitas udara itu sendiri. Dengan semakin
banyaknya uap air maka akan semakin meningkatkan densitas dari udara tersebut.
3.
Pengembunan / kondensasi
Menurut Karnaningroem
(1990) proses pengembunan adalah proses perubahan wujud gas menjadi wujud cair
karena adanya perbedaan temperatur.
Temperatur pengembunan
berubah sejalan dengan tekanan uap. Oleh karena itu temperatur pengembunan
didefinisikan sebagai temperatur pada kondisi jenuh akan dicapai bila udara
didinginkan pada tekanan tetap tanpa penambahan kelembaban.
B.
Air Laut
Air laut menutupi permukaan bumi kurang lebih 70 %. Air laut
terasa asin karena mengandung garam-garam yang berasal dari pelapukan bebatuan
didaratan yang dialirkan oleh air sungai ke laut. Proses pelapukan tersebut
berlangsung secara kontinyu sehingga rasa asin dari air laut tidak pernah
mengalami perubahan dan sifatnya abadi. Waktu terjadi radiasi dari sinar
matahari, air diuapkan dari permukaan laut dan garam-garam tertinggal. Proses
ini berlangsung selama berjuta-juta tahun, sehingga sampai saat ini air laut tidak
dapat diminum, karena mengandung kadar garam yang cukup tinggi.
Kadar garam air laut rata-rata 3,5 % dan ini merupakan kadar
garam normal. Air laut memiliki kadar garam diatas normal yakni Laut Mati
dengan kadar garam 27,5 %, Terusan Suez dengan kadar garam 6 % dan Laut Merah dengan kadar garam 4 %. Namun ada juga
laut dengan kadar garam dibawah normal seperti
yang terdapat pada Teluk Botanis dengan kadar garam 2 %, Laut Hitam 1,6
% dan Laut Timur dengan kadar garam 1,2 %.
Dalam 1000 ton air laut terdapat 35 ton garam. Kandungan garam yang
terdapat pada air laut bermacam-macam yang tertinggi adalah Natrium Chlorida
(NaCl) sebanyak 2,3 % sementara yang lainnya adalah Magnesium Chlorida (MgCl)
sebanyak 0,5 %, Natrium Sulfat 0,4 %, Calsium Chlorida (CaCl) sebanyak 0,1 %,
Kalium Chlorida (KaCl) sebanyak 0,07 %
yodium dan lain-lain sebanyak 0,08 %.
C.
Motor Diesel
Motor Diesel adalah jenis mesin
pembakaran dalam. Karakteristik dari mesin
Diesel yang membedakannya dari motor bakar yang lain adalah metode penyalaan
bahan bakar. Pada mesin Diesel bahan bakar diinjeksikan kedalam
silinder yang berisi udara yang bertekanan dan bertemperatur tinggi.
Motor Diesel biasanya
juga disebut motor penyalaan kompresi
oleh karena cara penyalaan bahan bakarnya dilakukan dengan penyemprotan bahan
bakar ke udara yang sudah bertekanan dan
bertemperatur tinggi, sehingga terjadi proses pembakaran.
Prinsip kerja dari motor Diesel dapat diketahui dengan adanya
kerja torak yang bergerak translasi (bolak balik) di dalam silinder,
dihubungkan dengan pena engkol dari poros engkol yang berputar pada
bantalannya, dengan perantaraan batang penggerak.
Pendistribusian solar di
dalam sistem bahan bakar pada sebuah motor Diesel dimana solar dari tangki
mengalir ke saringan solar untuk didapatkan solar yang benar-benar bersih lalu
dipompa oleh pompa injeksi (Injection
Pump) diteruskan ke nozzle
pengabut (Injector Nozzle) kemudian
disemprotkan kedalam silinder dalam bentuk kabut, maka bahan bakar tersebut
akan terbakar sebagai akibat dari persinggungan/pergesekkan bahan bakar dengan
udara yang bertemperatur tinggi. Setelah terjadi pembakaran maka gas bekas
dibuang melalui exhaust manifold,
sebelum keluar ke udara luar, gas bekas disalurkan ke peredam suara (agar tidak
keras suara yang ditimbulkan) dan melalui saluran gas buang, dia dikeluarkan
dan dibuang ke udara bebas.
D. Analisa Perhitungan
1. Perpindahan Panas Konduksi
Konduksi adalah proses dimana panas mengalir dari daerah yang bersuhu
lebih tinggi ke daerah yang bersuhu lebih rendah di dalam satu medium
(padat,cair atau gas) atau antara medium-medium yang berlainan yang
bersinggungan secara langsung (Frank Kreiht 1991).
Dalam aliran panas konduksi, perpindahan energi terjadi karena hubungan
molekul secara langsung tanpa adanya perpindahan molekul yang cukup besar.
Menurut teori kinetik, suhu elemen suatu zat sebanding dengan energi
kinetik rata-rata molekul-molekul yang membentuk elemen itu. Konduksi adalah
satu-satunya mekanisme dimana panas dapat mengalir dalam zat padat yang tidak
tembus cahaya.
Berdasarkan hukum kedua termodinamika panas akan mengalir secara
otomatis dari titik yang bersuhu lebih tinggi ke titik yang bersuhu lebih
rendah, maka aliran panas akan menjadi positif bila gradien suhu negatif.
Persamaan dasar konduksi satu dimensi dalam keadaan steady adalah
(2.1)
dimana :
qk = laju aliran panas konduksi ( Watt)
k
= konduktifitas termal bahan (W/m K)
A
= luas penampang yang tegak lurus terhadap arah aliran panas (m2)
dT = gradien suhu pada penampang (K)
dx = jarak dalam arah aliran panas (m)
2.
Perpindahan Panas Konveksi
Konveksi
adalah proses transport energi dengan kerja gabungan dari konduksi panas,
penyimpanan energi dan gerakan mencampur, konveksi sangat penting sebagai
mekanisme perpindahan energi antara permukaan benda padat dan cairan dan gas (
Frank Kreiht 1991).
Perpindahan
energi dengan cara konveksi dari suatu permukaan yang suhunya diatas suhu
fluida sekitarnya berlangsung dalam beberapa tahap, pertama panas akan mengalir
dengan cara konduksi dari permukaan ke partikel-partikel fluida yang
berbatasan. Energi yang berpindah dengan cara demikian akan menaikan suhu dan
energi dalam partikel-partikel fluida ini.
Perpindahan
panas konveksi diklasifikasikan dalam konveksi bebas (free convection) dan
konveksi paksa (forced convection). Jika gerakan fluida berlangsung semata-mata
sebagai akibat dariperbedaan kerapatan yang disebabkan oleh gradien suhu maka
prosesnya disebut konveksi bebas. Dan jika gerakan fluida itu disebabkan oleh
suatu alat dari luar seprti pompa atau kipas maka prosesnya disebut konveksi
paksa (Frank Kreiht 1991).
q = h (Tw – Tf) (2.2)
Dan perpindahan
panas konveksi dari fluida panas ke dinding dingin dapat ditulis sebagai
berikut :
q = h. A.(Tf
– Tw) (2.3)
dimana :
q =
laju aliran panas konveksi ( Watt)
A =
luas penampang yang tegak lurus terhadap arah aliran panas
(m2)
h =
koefisien perpindahan panas konveksi
(W/m2 K)
Tw = temperatur permukaan (K)
Tf
= temperatur fluida dingin
(K)
3. Perpindahan Panas Radiasi
Radiasi
adalah proses dimana panas mengalir dari banda yang bersuhu tinggi ke benda
yang bersuhu rendah bila benda-benda itu terpisahkan di dalam ruang, bahkan
bila terdapat ruang hampa diantara benda-benda tersebut.
Semua
benda memancarkan panas radiasi secara terus- menerus. Intensitas pancaran
tergantung pada suhu dan sifat permukaan. Energi radiasi bergerak dengan
kecepatan cahaya ( 3 x 108 m/s) dan gejala-gejalanya menyerupai
radiasi cahaya. Menurut teori elektromagnetik, radiasi cahaya dan radiasi termal
hanya berbeda dalam panjang gelombang masing-masing.
Hukum
Stefan-Boltzmann yang fundamental menyatakan
q = σ A T4 (2.4)
dimana :
A = Luas permukaan (m2)
σ = konstanta Stefan-Boltzmann ( 5,67 x 10-8
W/m2K4)
T = Suhu
absolut (K)
4. Perhitungan Laju Aliran Kalor
Laju aliran panas
dihitung denga persamaan :
(J/s) (2.5)
(2.6)
dimana :
U =
koefisien perpindahan panas menyeluruh (W/m2.OC)
A =
Luas permukaan (m2)
ΔTlm = beda suhu rata-rata logaritmik ( logarithmic mean temperature difference ) (OC )
Berdasarkan hukum termodinamika pertama
Laju aliran massa fluida panas sama dengan laju aliran massa fluida dingin yaitu :
(2.7)
(2.8)
Subskrip c dan h
masing-masing menunjukan fluida dingin
dan fluida panas.
dimana :
(kg/s)
(J/kg. OC )
(J/kg. OC )
(OC)
(OC)
ε =
|
Laju perpindahan
panas aktual
Laju perpindahan
panas maksimum
|
(2.9)
Laju
perpindahan panas aktual dan maksimum
dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut :
(2.10)
(2.11)
(2.12)
|
Perpindahan kalor
maksimum terjadi bila fluida yang nilai C-nya lebih kecil.
Kalor penguapan dapat dihitung dengan
persamaan :
(2.13)
BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN
A. Tempat Penelitian
Penelitian akan
dilakukan pada Laboratorium Motor Bakar
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik dan pembuatan alat destilasi akan
dilakukan pada Laboraturium
teknik mesin Universitas Dayanu Ikhsanuddin Baubau.
B. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah dengan cara sebagai berikut :
1.
Pembuatan alat destilasi air
laut
2. Pengambilan data pada pengujian destilator
3.
Studi kepustakaan.
C.
Bahan dan Alat
1.
Bahan
Bahan
yang digunakan pada pembuatan destilasi yaitu :
a. Besi plat Tembaga, Aluminium
b. Isolator ( kain asbes )
c. Pipa Tembaga
d. Fleksibel knalpot
e. Kawat las
f. Baut
2.
Alat
Peralatan
yang digunakan pada penelitian ini terdiri yaitu :
a.
Motor Diesel
Adapun spesifikasi motor tersebut adalah
sebagai berikut :
Model / tipe : KM178F AIR COOLED
Daya : 5.44 hp
Putaran :
3000/3600 rpm
Jumlah silinder : 1 silinder
Dispiacement :
296 (18.06)
Compression ratio : 20 : 1
System penyalaan : engkol manual
Gambar 4. Mesin Diesel
b.
Tachometer
Digunakan untuk mengukur kecepatan
putaran dari poros mesin pada setiap kondisi operasi yang diberikan
c.
Thermometer
Digunakan untuk mengukur
temperatur gas buang yang keluar destilator, temperature plat pendingin, temperature
air hasil destilasi, temperature air laut yang didestilasi, dan temperature
dinding destilator.
d.
Thermocouple
Digunakan untuk mengukur
temperatur gas buang yang masuk destilator, mengukur temperatur air yang
didestilasi, mengukur temperatur permukaan plat, temperature ruang destilator, dan
temperature air pendingin yang masuk dan keluar.
e.
Anemometer
Digunakan untuk mengukur temperature
ruangan dan kecepatan udara dalam ruangan.
f.
Gelas Ukur
Berfungsi untuk mengukur
volume air yang dihasikan dari proses penyulingan air laut dalam satuan waktu
tertentu
g.
Stop Watch
Berfungsi untuk mengukur
waktu yang dibutuhkan untuk mengahsilkan satu satuan volume tertentu.
D. Instalasi Pengujian
Gambar 5.
Instalasi pengujian Destilator
Keteranagan :
1.
Temp. gas masuk (T1) 6. Temp. kondensasi (T6)
2.
Temp. gas keluar (T2) 7.
Temp. air destilasi (T7)
3.
Temp. permuk. Plat (T3) 8. Temp. dinding destilasi (T8)
4.
Temp. air (T4) 9. Temp. air hasil Destilasi (T9)
5.
Temp. ruang destilasi (T5)
E.
Prosedur Pengujian dan Pengambilan Data.
1.
Percobaan awal
a. Hidupkan mesin Diesel
b. Atur putaran mesin pada putaran 2410 rpm dengan cara mengatur pembukaan throttle
c. Masukan air laut yang akan didestilasi dengan volume 3 liter
d. Mencatat data yang terbaca pada alat ukur yng telah terpasang
Untuk
pengujian dengan volume air yang
di destilasi 5 dab 8 liter putaran 2410 rpm dilakukan seperti diatas.
2.
Pelaksanaan penelitian
Langkah-langkah
yang dilakukan pada pelaksanaan penelitian sama dengan percobaan awal, kemudian dilakukan tahapan selanjutnya yaitu
dengan variasi jumlah
air yang didestilasi pada putaran mesin konstan 241o rpm.
3.
Pengambilan data
Data - data yang langsung dibaca pada Instrumen pengujian adalah :
a. Putaran mesin
b. Temperatur gas buang yang masuk destilator
c. Temperatur gas buang yang keluar destilator
d. Temperatur permukaan plat
e. Temperatur air laut yang masuk destilator
f. Temperatur air yang didestilasi
g. Temperatur ruang destilasi
h. Temperatur kondensasi
i. Temperatur air hasil destilasi
j. Temperatur dinding destilator
k. Voleme air hasil desitilasi
l. Temperatur udara
m. Kecepatan udara
F.
Skema Penelitian
Mulai
|
Proses Pembuatan Destilator
|
Selesai
|
Persiapan
Alat Ukur
|
Pengujian
Destilator
|
Variasi Jumlah Air Yang Di Destilasi:
3 Liter, 5 Liter, 8 Liter
|
Ambil
Data yang Terbaca pada Alat Ukur
|
Pengolahan
Data
|
Hasil
|
Pembahasan
|
Kesimpulan
dan Saran
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar